leader

on Senin, 15 Maret 2010

KEPEMIMPINAN


1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan sering kali dianggap sebagai sebuah penentu berhasil tidaknya sebuah organisasi dalam mencapai tujuanya. Setiap organisasi dituntutpaqling tidak mempunyai sebuah pemimpin. Organisasi tanpa sebuah pemimpin akan menjadi tidak teratur karena tidak ada yang bias dijadikan acuan untuk bertindak dan memutuskan suatu hal.
Kepimpinan dirasakan sangat penting oleh organisasi karena dengan adanya kepemimpinan,karyaan dapat mengetahui arah tujuan oganisasi.
Menurut Harold Koontz dan Cyrii O’Donnel(dalam winardi,2000 : p. 45)
“…It (leadership) may be defined ad the abilty to exert interpersonal influence.by means of communications, toward the achievement of a goal”.
Bahwa kepemimpinan dapat didefisinikan sebagai kemampuan unt6uk memnggunakan pengaruh anterpribadi, dengan alat komunikasi menuju kepada pencapaian sebuah tujuan. Hal ini sepada dengan Stephen P. Robbins (2003 : p. 432), bahwa kepemimpinan adalah kemampuan kelompk untuk mencapai sasaran.
Adapun pendapat George R. Terry (dalam Hersy & Blanchard, 1995 : p. 98) kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk mencapai sebuah tujuan kelompok secara sukarela.
Sedangkan Tannenbaum, Irving R. Weschler dan Fredd Messarik (dalam Hersey & Blachard, 1995 :p. 99) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh antar prbadi yang dilakukan dalam situasi dandiarahkan melalui proses komunikasi dalam pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sangat dalam usaha mencapai sebuah tujuan organisasi, khususnya untuk mengarahkan para karyawan dalam melakukan tugas-tugasnya demi mencapai tujuan yang ditentukan.
Pada intinya kepemimpinan adalah sebuah kemampuan untuk mempengaruhi atau membuat orang lain melakukan sesuatu hal untukmencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, tujuan perse orang dan organisasi akan menjadi renggang,keadaan ini akan menimbulkan situasi dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementaara keseluruhan organisasi tidak efusien dalam pencapaian sasaranya.


2. Landasan Kepemimpinan
Agar suatu kepemimpinan dapat kokoh, diperlukan landasan dalam proses pelaksanaanya. Lima landasan kepamimpinan yang kokoh menurut Chapman yang dikutip Dale Timpe dalam Husein Umar (2005 : p. 31) yaitu:
1). Cara bekomunikasi.dalam melakukan kepemimpinan, seorang pemimpin hendaknya mengerti cara berkomunikasi yamg baik dan benar, dapat tepat sasaran, tanpa melanggar etika, sehingga komunikasi tersebut akan membawa sesuatu dampak positif bagi organisasi.
2). Pemberian motivasi. Agar kepemimpinan seseorang menjadi kokoh, maka pemberian motivasi kepada bawahanya perlu diperhatikan agar para bawahan dapat melakukan pekerjaanya dengan motivasi yang kuat.
3). Kemauan mamimpin. Sebuah kepimpnan akan kokoh jika pemimmpinnya
mempuyai sebuah kemaun untuk memimpin.
4). Pengambilan keutusan. Pemimpin hendaknya dapat mengambil keputusan atas masalah-masalah yang ada.
5) Kekuasaan yang psitif. Kekuasaan yang digunakan dalam kepemimpinanya digunakan untuk hal-hal bernilai postif.


.3. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat menjelaskan bahwa seorang pemimpin perlu mempunyai sfat-sifat baik tertentu. Berdasarkan kebih dari sepuluh pengamatan diketemukan bahwa kepemimpinan seharysya mempunyai sifat-sifat : suka bergaul, prakasa, ketekunan, mengerti bagaiman menyelesaikan pekerjaan, percaya diri, dan kecakapan lisan.
Mengulas bahwa kenyataan hidup ini tidak akan mungkin ada orang yang memiliki sifat seperti yang disusun oleh para ahli. Demikian pula dalam kenyataan berorganisasi tidak akan dapat diketemukan pemimpin yang memiliki keseluruhan sifat-sifat itu. Ini hanya merupakan tipe ideal yang tidak ada dalam kenytaan.


4. Pendekatan Perilaku

1). Kepemimpinan Otoriter
Pendekatan perilaku berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersokap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Apabila dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin menempuh dengan cara tegas, keras, sepihak, yang penting tugas selesaikan dengan baik, yang bersalah akan dihukum, maka gaya kepemimpinan tersebut cenderung dinamakan kepemimpinan otoriter. Gaya kepemimpinan otoriter yaitu kemamapuan mempengaruhi orang lain agar berkerjasama agar bersedia berkerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pemimpin semat-mata.

2). Kepemimpinan Demokratis
Sebaliknya apabila dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin menempuh dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, melakukan ajakan, menhhargai pendapat, memperhatikan perasaan, membina hubungan serasi, maka gaya kepemimpinan itu cenderung dinamakan gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis yaitu kemampuan mempenaruhi orang lain agar bersedia berkerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagi kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pemimpin dan bawahan.

3). Kepemimpinan Laissez-faire
Kepemimpinan Laissez-faire yaitu kepemimpinan yang melepaskan diri dari tugas kepemimpinan, menhindari pemperian perintah atau dorongan dan menunjukan tidak adanya perhatian terhadap apa yang bawahan kerjakan. Efek dari kepemimpinan Laissez-faire adalah kemalasan dan peyerahan tugas yang berlebihan

5. Pendekatan Kontingensi

1) Model Kepemimpinan Kontingensi
Model kontingensi ciptaan Fred E. Feidler (1967) merupakan “grand dady” dari model kontingensi lainya. Tidakada seseorang yang menjadi pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu gaya macam kepemimpinan yang berbeda untuk menghadap situasi yang berbeda. Menurut model kontingensi ini, jika seseorang ingin berhasil dalam melaksanakan kepemimpinnya, maka ia sebaiknya menerapkan lebih dari satu gaya kepemimpinanya yang berbeda untuk menghadapi situasi yang berbeda.
Tiga sifat yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu :
1. Hubungan pemimpin-angota
2. Derajat susunan tugas
3. Kedudukan kekusaan pemimpin

2). Model Kepemimpinan “Path-Goal” Evans dan Hause
Pemimpin memiliki sejumlah cara untuk mempenaruhi bawahan. Dalam hal ini Evans berpendapat yang sangat penting adalah kemampuan manajer untuk memberikan imbalan dan menjelaskan apa yang bawahan harus kerjakan untuk memperoleh imbalan tersebut. Jadi, manajer menentukan tersedianya “tujuan” (imbalan) dan menjelaskan “jalan” untuk mencapainya.
Menurut House (dalam Sutarto, 1986 : p. 130), factor lingkungan yang membantu menentukan gaya kepemimpinannya yang disukai bawahan adalah:
1.Sifat tugas bawahan akan memepengaruhi gaya dalam berbagai cara.
2.Sistem wewenang formal organisasi biasanya menjelaskan bagi bawahan tindakan mana yang dapat menumpai celaan, dan tindakan mana yang dapat mengarah pada imbalan.
3.Kelompok kerja bawahan juga mempengruhi sifat gaya kepemimpinan.

3). Model Kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” (Graen dalam Sutarto, 1986: p. 134)
Dalam model ini Graen menitikberatkan pada “dyad” yaitu hubungan pemimpin dengan tiap-tiap bawahannya dengan bebas. Pemimpin akan berhasil mencapai tujuannya apabila tidak hanya memperhatikan kelebihan dari bawahannya tetapi juga kelemahan bawahannya. Seorang pemimpin yang berhasil yaitu pemimpin yang dapat membimbing bawahannya yang lemah menjadi bawahan yang kuat.

4). Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard dalam Sutarto)
Kepemimpinan situasional didasarkan pada saling pengaruh antara (1) sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan; (2) sejumlah pendukungan emosional (perilaku hubungan) yang pimpinan berikan; dan (3) tingkat kesiasiagaan (kematangan) yang para bawahan tunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fubgsi atau sasaran. Ada 4 gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard, yaitu:
1. Telling
2. Selling
3. Participating
4. Delegating
Keberhasilan pimpinan dalam menjak\lankan kepemimpinannya dapat dilihat dari tiga hal yaitu (Martoyo, 2000: p. 173):
1. Mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba dalam proses pengelolaan organisasi.
2. Berhasil mengkoreksi kelemahan-kelemahan yang timbul.
3. Sanggup membawa organisasi pada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.
Keith Davis mengikhtisarkan empat ciri/sifat utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan oraganisasi (Handoko, 1999: p. 239):
1. Kecerdasan
2. Kedewasaan
3. Motivasi diri dan dorongan pribadi
4. Sikap hubungan manusia
Melihat pentingnya kepemimpinan dalam organisasi maka pemimpin dituntut untuk dapat menciptakan suasana lingkungan kerja yang menyenangkan dan dengan kepuasan komunikasi yang dirasakan antara anggota organisasi dan intern organisasi dengan ekstern organisasi, sehingga karyawan akan mendapatkan ketenangan dalam bekerja yang umumnya tercermin dalam perasaan karyawan yang sewring terwujud dalam sikap positif terhadap pekerjaan.
Dari teori-teori di atas, teori yang terbaik adalah model kepemimpinan “Vertical dyad linkage” dari Garen (dalam Sutarto, 1986: p. 134) karena model ini menitikberatkan pada hubungan pemimpin dengan tiap-tiap bawahannya secara bebas.

0 komentar: