mossad dalam pesantren

on Selasa, 02 Desember 2008

{mosimage}Sebuah berita pernah mengemuka. Berita yang cukup membuat orang yang berhati sehat sangat prihatin. Sedemikian dangkal kecerdasan para pembawa serta para pengekspos berita tersebut. Dari situ dapat dirasakan, betapa miskin pemahaman mereka terhadap Islam dan pedoman-pedomannya.
Majalah Suara Hidayatullah pernah menyebarluaskannya, lalu oleh beberapa pihak, tulisan itu dicopy dan ditempel di masjid-masjid atau di tempat-tempat tertentu lainnya. Kini berita senada, kembali ditayangkan oleh Majalah Risalah Mujahidin. Isi pemberitaan tersebut memuat pengakuan seorang bekas agen rahasia Zionis, Mossad (?).
Menurut pengakuan bekas agen Zionis Mossad ini, bahwasanya Salafiyyun didanai oleh zionis untuk memecah-belah kaum Muslimin. Menanggapi pemberitaan semacam itu, hendaklah para salafiyyun tidak perlu risau, dan tidak perlu terpancing emosinya. Kita harus menyikapi pemberitaan dusta ini dengan sabar, ta'anni (tidak terburu nafsu), dan dengan lemah-lembut. Dan Rasulullah n telah bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
Lemah-lembut tidak berarti membiarkan sesuatu yang tidak benar terus berlangsung. Melawan kemungkaran, tidak berarti kehilangan kelemah-lembutan. (HR . . . . . . ).

Sebenarnya, persoalannya sangat sederhana. Yaitu setiap tuduhan, jika tanpa bukti, tanpa data dan fakta, pasti tuduhan tersebut merupakan fitnah. Kapankah Salafiyun menerima dana dari Zionis atau antek-anteknya, dimana, berapa, dalam bentuk apa? Atau kapankah Salafiyyun bertemu dengan mereka, bagaimana pertemuannya, dan dimana? Dan seterusnya. Semua perlu bukti. Jika tidak ada, itu berarti fitnah yang hendak dihembuskan ke tengah umat, untuk memecah-belah kaum Muslimin.
Padahal jika dicermati, fakta dan bukti yang ada justeru menegaskan, merekalah yang sesungguhnya terlibat bekerjasama dengan agen Mossad, baik disadari maupun tidak, langsung maupun tidak. Fakta ini dapat dilihat oleh siapa saja yang memiliki daya pandang tajam. Tapi kalau Anda belum melihat fakta itu juga, kami akan memberitahukannya.
Inilah faktanya! Mereka menelan mentah-mentah berita yang disampaikan oleh seorang bekas agen Mossad. Apakah mereka tidak menyadari, bahwa sesungguhnya mereka sedang terlibat dengan kegiatan mata-mata dan missi Zionis?
Ini fakta yang amat nyata. Mereka menganggap informasi dari bekas agen rahasia Zionis itu sangat berharga bagi mereka. Sungguh miskin, seorang bekas agen Mossad yang belum pernah teruji kejujurannya, begitu dipercaya? Subhanallah! Pedoman menerima dan menyampaikan berita, pedoman diterimanya sebuah informasi dan ditolaknya suatu informasi menurut ajaran Islam, tidak mereka fahami. Sungguh memprihatinkan. Pejuang Islam tidak mengerti kaidah-kaidah Islam, apalagi mengamalkannya. Lalu apa yang hendak diperjuangkan?
Sehingga tak salah jika kemudian muncul pertanyaan, itukah salah satu ciri media-media tersebut, suka menyebarkan issu tanpa bukti, bahkan dengan berita usang yang sudah terbuang, lalu dikemas lagi, padahal jauh dari ilmiah, seperti yang belum lama ini juga, bahwa mereka melontarkan tuduhan irja' kepada Syaikh al-Albani dan murid-muridnya hanya karena suka mengganjal gerakan takfir mereka.
Demikian mudahnya mereka termakan issu. Jika ini yang terjadi di kalangan mayoritas muslim, maka kapan kaum Muslimin akan meraih kejayaan? Harapan kaum Muslimin untuk maju, menang dan menguasai pentas dunia, masih begitu jauh panggang dari api.
Oleh sebab itu, hendaknya kaum Muslimin bersungguh-sungguh untuk kembali mengkaji ajaran Islam yang benar, dengan cara yang benar, berdasarkan manhaj Salaf. Dengan manhaj Salaf, kita akan terbimbing untuk benar, dan sebaliknya, tanpa manhaj Salaf, niscaya kita akan tersesat.
Berkaitan dengan pemberitaan, Allah Ta'ala telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Qs al-Hujurat/49:6).

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam juga telah bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ . متفق عليه
Hati-hatilah kamu dengan prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan paling dusta. (Muttafaq 'Alaih).

0 komentar: